ASSALAMUALAIKUM π
Siapa sih yang gak pernah ngalamin kegagalan? Kata orang sih, kita harus gagal dulu untuk bisa mencapai kemenangan, bener gak sih? Tapi kalo gagal terus-menerus gimana? Kapan menangnya? Kegagalan itu pasti bergandengan erat dengan kekecewaan, putus asa, bahkan amarah. Gak heran kalo setiap orang pasti berusaha biar jangan sampai gagal.
Tapi sebagai seorang muslim, bukannya kita sudah
diperintahkan untuk bertawakkal setelah ikhtiar? Jadi kenapa harus kecewa berkepanjangan? Anggap aja tulisan ini Cuma curhat colongan,
sekedar sharing, tanpa bermaksud menggurui, tanpa bermaksud riya’ semoga bisa
dijadikan pelajaran atas kegagalanku dan ambil hal yang positifnya aja, ya…
READY?
1. LAW OF ATTRACTION
7 Tahun lalu...
Aku termasuk orang yang percaya dengan kekuatan “menulis
impian”. Awal mula tulisanku itu saat SMA kelas 12. Disitu impianku masih bersifat
umum belum terlalu spesifik, yah namanya juga anak sekola. Target utama adalah bisa lulus PTN. Ya, di
angkatanku, masuk kampus negeri menjadi persaingan ketat dan kebanggaan
orangtua (sampe sekarang masih kali ya.. π)
Tulisan impian itu kusimpan di dalam binder yang jarang sekali dibuka.
Disinilah pertama kalinya aku menemui kata gagal dalam
hidupku. Tahun 2013.. Saat itu mencoba mendaftarkan diri melalui jalur rapot/SNMPTN
dengan memilih Biologi UPI, Sastra Inggris UNS dan UNJ (lupa jurusannya wkwk). Dan
semuanya tidak lulus. Lagi, mencoba jalur SBMPTN dengan memilih Biologi Unsoed Purwokerto
& UNS lagi. Dan gagal lagi. Saat itu yang ada di kepala adalah pengen
banget jadi guru, aku suka ngajar, suka berbagi cerita ngomong di depan banyak
orang. Kenapa biologi & sastra? Karena dua mata pelajaran itu menjadi
passionku, favorit banget.
Setelah gagal kedua kali, tetep keukeuh lanjut mencoba
UMPTN/Jalur mandiri. Di sisi lain, saat itu dapet saran dari orangtua &
temen untuk coba daftar ke Poltekkes, kebetulan kampus Poltekkes ternyata ada
yg deket dari rumah. Dulu, sama sekali gak kepikiran mau masuk jurusan
kesehatan. Jadilah daftar Poltekkes Jakarta III milih jurusan Analis kesehatan
& Kebidanan. Sementara UMPTN coba daftar ke Sastra Indonesia Unsoed. Ini bener-bener
sudah pasrah, berdoa dan ibadah sunnah gak pernah putus, sambil harap-harap
cemas semoga bisa keterima PTN.
Beberapa hari sebelum pengumuman Poltekkes, Mama sempet
mimpi dirikuu lulus kuliah jurusan kesehatan. Tapi karena gak niat buat kuliah
kesehatan, jadi Cuma dianggep angin lalu. Sampailah di hari pengumuman Unsoed,
Alhamdulillah LULUS. Tapi ada yang aneh, saat berusaha mengurus syarat
administrasi & tiket ke purwokerto, entah kenapa saat itu rasanya susah banget,
seperti dipersulit. Di hari itu, hampir pasrah untuk dapet tiket, tiba-tiba,
sorenya dapet kabar bahwa pengumuman Poltekkes sudah keluar dan dinyatakan
LULUS Jurusan D3 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta 3. Antara syok, senang
tapi galau harus memilih. Aku memilih tetap mengambil jurusan sastra, karena suka
banget nulis, dan mau melanjutkan nulis fiksi setelah novel perdanaku terbit
saat kelulusan SMA lalu. Tapi, saat itu ayah bilang, “Rezeki itu bisa dicari. Kesempatan
masuk kuliah kesehatan gak akan terulang lagi, kalo kamu ambil kebidanan, kamu masih
bisa lanjutin hobi nulismu. Ayah bayangin kamu jadi bidan tapi juga jadi
penulis.”
Dengan diterimanya aku di 2 kampus dengan 2 jurusan yang berbeda, akhirnya sekeluarga berunding, meminta saran dan masukan dari om dan tante yang sudah jadi dosen keperawatan juga. Semua mengarahkan diriku untuk ambil jurusan kesehatan. Rasanya kecewa, gak bisa ambil jurusan sesuai hobi. Selama setahun masih bergelut dengan perasaan ‘gak rela’, sampai di suatu waktu seorang teman bilang, “Bersyukurlah, dirimu bisa keterima di 2 PTN meskipun melewati banyak kegagalan, orang lain belum tentu bisa memilih kayak kamu.”
Setelah itu, berusaha menjalani semua pilihan Allah ini dengan ikhlas, kemudian menyadari bahwa feeling orangtua tidak pernah salah, bahwa ridho mereka menjadi ridho Allah juga, dan buktinya aku bisa melalui kuliah dengan hasil yang baik dan lulus 2016 sebagai Ahli Madya Kebidanan, gelar pertama di usia 20 tahun. π
Iseng, kucoba buka lagi tulisan yang dulu sempet kujadikan
impian, rupanya, satu-persatu Allah kabulkan!! Alhamdulillah…. ππSaat itu,
tulisanku masih kurang detil, yang kutau adalah bahwa kita harus berdoa dengan
detil jelas dan spesifik, minta sama Allah sejelas dan selengkap-lengkapnya.
2. INTROSPEKSI DIRI
Menjelang kelulusan D3 Bidan, aku kembali menulis apa aja yang akan jadi impianku ke depannya setelah bergelar bidan. Kutulis semuanya lengkap untuk impian hingga 20-30 tahun mendatang wkwk pokoknya keinginan yang kecil-kecil juga ditulis hahaπ
Setelah lulus D3 & Lulus UKOM D3, seminggu kemudian
aku langsung kerja. Kemudian setelah setahun, ada Rekrutmen dari Dinkes DKI
Jakarta (2017), lokernya besar-besaran, siapa sih yang gak berminat loker
sebesar itu ditambah dengan jaminan karir yang bagus selain soal materi
tentunya. Namun sayangnya, rejeki sedang tidak berpihak, aku gagal untuk
pertama kalinya dalam pekerjaan. Disaat banyaaak banget temen seangkatan &
sekelas lulus sampai tahap akhir. Rasanya bersaing dengan teman sendiri
kemudian gagal… ini bikin kecewa berat. Walaupun untuk ukuran teman seangkatan,
aku memiliki usia lebih muda, tapi bersaing dalam pekerjaan ini rasanya menjadi
hal penting di era jaman sekarang terutama di kota besar.
Sepertinya ada yang harus diperbaiki. Aku harus belajar
dari kesalahan & kegagalan. Tahun 2017-2018 seperti menjadi titik balik
perbaikan diri, memperbaiki segalanya. Rasanya tidak mungkin kita dikasih gagal
kalo kita sudah sempurna ikhtiarnya. Bisa jadi.. selama ini yang kulakukan
hanya ibadah wajib karena sebatas kewajiban & sholat sunnah yang masih
bolong-bolong. Itu sama sekali tidak ada usaha untuk memperbaiki hubungan
dengan Allah, kayaknya masih kurang deket sama Allah nih.
Ust. Adi Hidayat pernah bilang di setiap kajiannya yang
ku ikuti setiap kamis di masjid kompleknya, “Kalo impianmu tidak bisa membuatmu
bangun tahajjud, artinya kamu tidak sungguh-sungguh menginginkan impian itu,
kalo antum punya impian yang lebih, artinya lakukan usaha yang lebih dari yang
oranglain lakukan..” Wah rasanya tertampar ya.. wkwk. Habis tertampar, trus
nempel di kepala terngiang-ngiang. Oke! Mulai sekarang yang sunnah-sunnah pun
gak boleh bolong-bolong, dan yang wajib harus lebih “tepat waktu”. Karena kan mikirnya
kita harus ngerayu Allah dulu, dekat dulu, baru Allah mau ngabulin apa yang
kita mau kan, jadi jangan dateng pas lagi butuh aja, jangan rajin ibadah pas
lagi ada maunya aja, kan… Logika berpikirku sih gitu saat itu.
Setelah kurang lebih 2 tahun kerja. Akhirnya tahun 2018,
mendapat kesempatan untuk lanjut kuliah Sarjana Terapan Bidan di Poltekkes
Semarang. Perubahan regulasi dan Undang undang kebidanan membuatku juga harus
lanjut kuliah hingga Pendidikan Profesi Bidan (2tahun) setelah lulus Sarjana kala
itu.
3.
GAGAL CPNS
Di tahun 2018, ada rekrutmen formasi CPNS besar-besaran,
melihat kesempatan itu, akupun ikut mendaftar dalam formasi D3 di Semarang, karena
saat itu belum lulus S1. Belajar dari rangkuman dan latihan soal yang dikasih
sama teman-teman, sambil nggarap skripsi. Saat itu posisiku di Semarang, orang
tua pun tau, mereka support aja sambil bantu doa berharap semua
dipermudah. Sejak awal, doaku hanya
minta dimudahkan dan dilancarkan, urusan hasil akhir, itu menjadi rahasia
takdir Allah.
Saat ujian TKD pertama, rasanya biasa aja, gak deg-degan juga, lebih tenang, sebenarnya ada rasa minder karena merasa belum cukup belajarnya, karena disambil kuliah jadi fokus terbelah dua. Dari hasil tes pertama, aku langsung dinyatakan TIDAK LULUS Passing grade. Sedih? Pasti tetap ada, sama seperti gagalnya loker Dinkes DKI dulu. Rasa kecewa hadir atas usaha ku yang belum sempurna, bagiku. Tapi itu Cuma berlangsung sebentar, gak lebih dari 3 hari, yang bikin rasa mo nangis justru saat orang tua dikabari dan bilang, “Lho ndak apa-apa, anggap aja pengalaman.” Wah, ternyata orang tuaku bisa lebih terbuka pikirannya dibanding diriku π
Itu adalah salah satu alasan yang membuatku merasa tidak perlu kecewa berkepanjangan, toh aku sudah menerima sesuai usahaku. Hal kedua yang kupikirkan adalah, barangkali Allah masih belum ingin meluluskanku karena ingin aku fokus kuliah dulu. Dan benar, faktanya aku berhasil menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu bahkan lumayan lebih cepat dan diwisuda Sarjana Terapan Bidan tahun 2019 bulan Agustus, hingga akhirnya bisa melakukan publikasi penelitian ke Jurnal Internasional dengan lancarrrr… alhamdulillah, pencapaian yang mungkin gak akan kudapat jika kmaren aku lulus cpns sih.. ada hikmah dibalik itu semua.π
Ada salah satu dosen pernah bilang, “Jangan terlalu
dikejar dengan ambisi, nanti malah susah didapat, santai tapi serius, serahkan
semuanya sama Allah.” Ya bener sih, rasa kecewa itu hadir karena ekspektasi
yang kita ciptain sendiri. Apalagi terlalu berambisi. PNS bukan pekerjaa, dia
hanya jabatan dengan deretan angka dibawah nama. Toh profesi tetep aja bidan,
tetep menjadi tenaga kesehatan, kan. Kadang ambisi itu hadir karena tekanan
dari lingkungan. Makanya beruntung banget punya keluarga terutama orang tua
yang open-minded, meridhoi apapun jalan yang kulalui. Toh buktinya sebelum lanjut
kuliah, selama ini kerja non-pns juga bisa dapet gaji besar (kalo kita hanya
mau lihat dari sisi materi aja)…
Setelah kejadian itu, aku kembali melanjutkan pendidikan profesi dengan sistem full praktek di RS dan Puskesmas non stop. Baru 6 bulan, rekrutmen CPNS 2019 dibuka lagi. Saat itu, posisiku sedang praktek dinas di luar kota. Ada dilema besar, karena ada 3 formasi yang menjadi incaranku, S1 Bidan di Kejaksaan, D3 Bidan di DKI Jakarta dan D3 bidan di Solo. Meskipun jarak jauh, aku tetap minta saran orang tua, selain terus meminta petunjuk lewat istikharah.
4.
JAWABAN ISTIKHARAH
Selain karena sibuk praktek dinas, dilema masih menghantui.
Berkas untuk formasi di Kejaksaan sebenarnya sudah siap. Tapi tiba-tiba aku membaca
peraturan seleksi administrasi di formasi bidan Kejaksaan bahwa harus melakukan
pengukuran fisik & administrasi langsung ke Kantor Kejari tingkat Provinsi,
dan itu harus sesuai dengan alamat KTP. Jadi walaupun misalnya aku berencana
mendaftar ke Kejari Jakarta, tapi alamat KTP ku bekasi, sehingga aku harus datang
ke Kejari Bandung. Dengan posisiku saat itu, rasanya mustahil bisa kesana.
Praktek Pendidikan Profesi memiliki aturan jika ijin bukan sakit maka harus
menggantikan 2x lipat dari hari dinas yang ditinggalkan. Sementara untuk
melakukan seleksi di Kejaksaan itu tidak mungkin cukup waktu hanya 2 hari,
apalagi di Bandung gak punya keluarga. Rasanya dipersulit banget sih.. (sama
Allah). Begitupun ke Jakarta, ujian tes pasti dilakukan di Jakarta, tidak cukup
waktu singkat. Semakin dilema. Tapi semakin keukeuh mintak sama Allah biar
cepet dikasih petunjuk, aku harus gimana…
Sampai akhirnya H-1 penutupan pendaftaran CPNS baru ku
login dan memilih formasi D3 di Solo. Tentunya dengan Bismillah dan Ridho
Orangtua. Dengan pertimbangan dari segi
fisik, kondisi dan faktanya bahwa hanya formasi ini yang bisa terjangkau, aku
tetap bisa mengikuti seleksi CPNS tanpa melakukan kealpaan dalam praktek dinas
ini. Bismillah Wallahu’alam.. Pinta dalam doaku saat itu hanya satu, minta
dimudahkan dan dilancarkan jika ini jalan terbaik, jika pun kelak aku harus
gagal, maka aku minta diberi kelapangan hati untuk menerimanya, yakin bahwa
Allah yang memegang kendali dari naskah kehidupanku.
Setidaknya jika tidak lulus pun, aku tidak akan menyesalinya, karena praktek kuliahku pun tidak berantakan. Qodarullah.. entah kenapa ndelalah-nya kok aku bisa pas dapet formasi RSUD yang rupanya jumlah pelamarnya ‘lebih dikit’, padahal biasanya formasi bidan di CPNS itu gak mungkin banget sedikit, tapi yang kulihat adalah kok tumben banget ini bisa dapet formasi yang sedikit pesaingnya.. merasa beruntung aja.π
Lagi-lagi.. belajar disambi dengan praktek. Saat itu
menurutku rasanya lebih berat dibandingkan belajar sambil skripsi wkwk… karena
fisik udah capek dengan pasien tp masih harus waras buat belajar latihan soal
untuk TKD. Yaa mau gak mau, belajar saat di kosan, atau saat dinas siang &
dinas malem. Entah kenapa, selama praktek itu, setiap jaga jarang ada pasien
dateng. Bahkan setiap dinas malem selalu nihil pasien baru, temen-temen pun
heran. Beruntung banget bisa nyisipin waktu belajar wkwk. Lagian praktek pas kuliah
Profesi udah gak ada lagi target pasien sebanyak D3 dulu.
2 bulan kemudian, aku mendapat jadwal ujian TKD awal bulan Februari 2020, saat itu aku sudah kembali ke Semarang sedang praktik di salah satu Puskesmas. Qodarullah.. jadwal TKD nya dapet hari minggu cocok dengan jadwal dinas yg dibuat di awal bahwa hari minggu libur. Saat ujian, sempet mikir rasanya akan lebih sedih kalo sampe ujian kali ini gak lulus lagi, karena udah ngorbanin banyak waktu dan ke luar kota. Sampe mikir kalo gak lulus passing grade, males deh balik ke Semarang lagi.. yaa becanda aja sih wkwkππ
Dan ternyata lulus passing grade! Hahaha.. akhirnya balik
ke Semarang dan fokus lagi praktek. Eh mendadak pandemi COVID19 !! Dan harus
pulang ke Bekasi. Stay at home sambil menikmati proses CPNS ini ajaa..
Bulan Maret, keluar pengumuman hasil SKD itu, dan masuk
10 besar. Alhamdulillah. Oke, jangan seneng dulu, akan lebih nyesek kalo di
hasil endingnya gak lulus, so.. masih harus berjuang buat SKB. Berada sampai di
titik ini, kuubah doaku, jika dalam doa selalu meminta kemudahan &
dilancarkan dalam segala hal & langkah awal yang kuambil, kini giliran ku
bersyukur dan meminta untuk di luluskan sampai tahap akhir, karena hanya tinggal
1 langkah lagi, tentunya aku boleh berharap bahwa kemudahan jalan yang kulalui bisa
mengantarku pada satu titik kemenangan, kan. Doa minta untuk diluluskan sampai akhir
kuselaraskan dengan ikhtiar fisik yang juga harus kulakukan agar tidak hanya menjadi
omong kosong doa yang ku semogakan.
Tapi karena COVID19, ada perubahan jadwal diundur deh
jadinya.. Dan selama di rumah aja, tetep menyelesaikan kuliah Profesi ini
sampai akhir, dibarengi dengan tugas menjadi Relawan COVID19 Kemdikbud. Di sisi
lain, aku masih harus mempersiapkan Ujikom Profesi tahun ini juga.. Saat itu,
mulai bulan Juni-Juli fokus belajarku ke UKOM Profesi sambil dibarengi
mengumpulkan rangkuman untuk SKB CPNS.
Cara belajar versiku…
Rangkuman SKB yang ku dapat dari rekan bidan yang lulus
tahun 2018, atau dari FR di telegram sambil memperluas bahan bacaan lewat
Google aja. Kalo untuk materi UKOM nya aku mengandalkan latihan UKOM Profesi
dan rangkumannya yang ku buat sendiri. Saat itu mikirnya, soal UKOM profesi ini
lebih susah dari UKOM D3 jadi lumayan melatih diri dengan studi kasus soal yang
susah buat menghadapi SKB nanti.
Mempelajari rangkuman materi kesehatan umum bukan menjadi
hal yang sulit bagiku, karena bisa dengan membaca sesering mungkin dan meluaskan
bacaan terhadap isu atau program terbaru. Sambil menghafal & membaca,
melatih diri dengan latihan soal sambil menggunakan timer. Targetku 1 soal yang
mudah, harus bisa dikerjakan kurang dari 1 menit.
Saat H-14 Hari, rangkuman materi kesehatan umum yang
kumiliki 95% sudah dihafal, tinggal menyesuaikan dengan FR yang keluar dari
mereka yang sudah ujian, dikroscek dan dibandingkan dengan rangkuman yang
kumiliki, sama gak sih? Atau rangkumanku jika ada yang kurang/terlewat, maka
giliranku menambah hafalan.. begitupun
seterusnya hingga H-5 jadwal ujianku aku sudah bisa memahami pola materi soal yang
kemungkinan keluar di ujianku nanti. H-2 ujian, aku berhenti belajar,
membiarkan otak istirahat sejenak. Saat itu aku punya target dalam hati harus
bisa raih skor 400 di SKB. Karena hasil integrasi 60% lebih banyak diambil dari
SKB. Bismillah.. wallahu’alam..
Di hari H ujian, sama seperti ujian yang selama ini kulewati, hanya bisa berdoa, minta dikuatkan hafalannya, minta dilancarkan, jika ada yang kesulitan, maka minta dipermudah. Sesuai prinsip, menggunakan trik “One Minute Skip”. Setiap soal gak boleh lebih dari 1 menit, kalo udah lewat 1 menit, maka harus lanjut ke soal berikutnya, inilah kenapa saat berlatih soal aku gunakan timer, supaya bisa tau estimasti 1 menit itu tanpa harus sering-sering nengok timer yang hanya bikin kita panik π¨. Soal-soal yang susah, dijawab di akhir aja sekaligus kembali merevisi soal yang masih ragu-ragu/butuh dikoreksi. Setiap kali menemukan soal yang sulit, Cuma bisa di sholawatin sambil istighfar, berharap dikembalikan ingatan hafalan atau diarahkan ke jawaban yang benar, mikirku adalah barangkali kesulitan soal yang kita hadapi adalah bagian alasan karena banyaknya dosa kita, yakan..π£
Alhamdulillah.. antara kaget, seneng sekaligus sedih,
kaget sedih ya karena gak berhasil ngeraih skor yang kutargetkan (kurang dikit
sih), tapi senengnya skor yang kuraih berhasil jadi rank 2 di SKB sesama
rivalku di Solo. Sebenarnya, berada di fase ini, kita sudah bisa menghitung hasil
final kita apakah akan lulus CPNS atau enggak. Tapi, saat itu nyaliku belum
cukup kuat wkwk. Okelah akhirnya fokus buat persiapan wisuda Profesi Bidan dan
kembali ke Semarang mengurus pindahan dan perpisahan sama temen-temen disana..
so sad.π
5.
HIKMAH DAN KEJUTAN
30-10-20. Tanggalnya cantik. Hari dimana kejutan dari Allah datang. Tepat jam 12 malam, pengumuman final hasil integrasi SKD & SKB keluar. Sujud syukur Tabarakallah Alhamdulillah wa syukurillah, resmi dinyatakan LULUS CPNS.ππ
Banyak yang bilang, “enak ya, udah punya gelar Profesi, langsung
jadi PNS”. Sepertinya kuanggap diriku beruntung, beruntung atas doa-doa orang
tuaku, beruntung atas usaha yang kulakukan. Orang hanya melihat endingnya aja,
mereka gak tau apa yg sudah seseorang lalui untuk mencapai titik menangnya. Lagipula,
ada yang harus ku perjuangkan lagi, yaitu penyesuaian gelar ijazah Pend. Profesi
karena saat pengangkatan CPNS menggunakan ijazah D3. It’s Okay! Sudah ada jalan
regulasinya, tinggal tunggu waktu yang tepat buat ngurusnya.
2 bulan kemudian, Desember 2020, kejutan kedua datang
lagi, LULUS UKOM Profesi.π FINAL sudah tahun ini. Tugas orang tua mengantarku lulus hingga Pendidikan
Profesi selesai, hadiahku untuk mereka adalah jabatan baru ini, semoga bisa
bermanfaat untuk profesi & keluarga juga orang lain. Aamiin.
6.
SKENARIO ALLAH π
Jika kita buat timeline dan kita tarik garis, semua
kejadian yang kulalui seperti mengantarku pada titik ini. Allah hanya memintaku
menunggu. Tunggu dulu setahun, semua yang diusahakan akan terbayar. Dari mulai
gagal, jawaban istikharah, kemudahan yang kulalui selama seleksi CPNS,
kemudahan yg kulalui selama kuliah hingga pada akhirnya mengantarkanku pada
formasi dengan jumlah pelamar yang lebih sedikit dari pada umumnya, bahkan dari
semua pikiranku seperti sedang beruntung, seperti semuanya terasa kok aneh,
tapi rupanya Allah punya skenario terindahnya yang bahkan sulit dinalar pikiran
manusia pada awalnya. Yaa memang, kita di dunia kan hanya sebagai ‘wayang’ di
sebuah panggung dengan script writer skenarionya hanya Allah yang memegang
kendalinya. Tugas kita ikhtiar ikhtiar ikhtiar dan tawakkal. Jangan gunakan
ambisi, biar gak maksa, jangan gunakan hati saat ikhtiar, biar gak kecewa sama
ekspektasi, biar menjadi hamba yang ikhlas menerima semua takdir-NYA.
Bulan November lalu, saat beresin rak buku, tiba-tiba
nemuin binder lama (yang dari SMA), dan keinget tulisanku dulu bahkan aku udah
lupa pernah nulis apa aja, wallahi, beneran lupa. Qodarullah, yang ditulis
disitu terwujud 100% sampai di titik ini (yang belum tercapai itu ya kuliah S2,
naik haji & nikah wkwkwk). Ini ngetiknya sambil nginget momen pas baca
binder itu, terharu.. gemeteran rasanya, skenario Allah melalui Law of Attraction
yang kutulis dengan tanganku sendiri sungguh luar biasa. Profesi yang diakui negara
tetep Bidan, tapi buktinya nulis novel & cerpen tetep jalan wkwk..π
Law Of Attraction : Hukum tarik-menarik, dimana
apa yang kita pikirkan dan rasakan -melalui alam bawah sadar- sadar ataupun
tidak, akan ditarik dan terjadi di kehidupan nyata!
Maasya Allah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillah..
Alhamdulillah..
YUK MULAI NULIS IMPIANMU.. JANGAN TAKUT! ADA ALLAH.
No comments:
Post a Comment